SUKABUMI–Longsor menerjang Kampung Batu Gajah RT 24/09 Desa
Walangsari Kecamatan Kalapanunggal, 10 Februari 2012. Satu korban tewas seorang
balita berumur 2,5 tahun.
Korban bernama Akbar (2,5) terkubur saat berada di dalam rumah bersama ibunya Juweroh (30). Beruntung sang ibu berhasil selamat dari timbunan tanah pada longsor yang terjadi pukul 10.30 WIB.
Informasi yang berhasil dihimpun, longsor terjadi saat hujan deras mengguyur wilayah Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal. Rumah tersebut berada di bawah tebingan yang sudah ada penahannya. Tak kuat menahan derasnya air hujan, penahan tersebut pun jebol dan menimpa dinding rumah Juweroh.
Sukarelawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kecamatan Kalapanunggal, Hendi Kurniawan, (34) mengatakan saat peristiwa terjadi longsor, korban berada di ruangan tamu bersama sang kakak. Sedangkan ibunya berada di tempat tidur yang masih dalam satu ruangan. “Beruntung sang kakak bergegas pergi. Tapi ibu dan balitanya terkubur, tapi ibunya selamat selamat,” ungkap Hendi.
Menurut dia, untuk sementara keluarga korban longsor mengungsi ke rumah sanak keluarga. Soalnya longsor susulan masih membayangi rumah tersebut. ” Khawatir rumah kembali kena longsor, sementara waktu penghuninya mengungsi dulu,” ungkapnya.
Sementara itu, tetangga dan keluarga korban mengubur jasad Akbar. Pemkab Sukabumi hingga tadi malam belum memberikan santunan. Bantuan seadanya baru datang dari pihak desa.
Korban bernama Akbar (2,5) terkubur saat berada di dalam rumah bersama ibunya Juweroh (30). Beruntung sang ibu berhasil selamat dari timbunan tanah pada longsor yang terjadi pukul 10.30 WIB.
Informasi yang berhasil dihimpun, longsor terjadi saat hujan deras mengguyur wilayah Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal. Rumah tersebut berada di bawah tebingan yang sudah ada penahannya. Tak kuat menahan derasnya air hujan, penahan tersebut pun jebol dan menimpa dinding rumah Juweroh.
Sukarelawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kecamatan Kalapanunggal, Hendi Kurniawan, (34) mengatakan saat peristiwa terjadi longsor, korban berada di ruangan tamu bersama sang kakak. Sedangkan ibunya berada di tempat tidur yang masih dalam satu ruangan. “Beruntung sang kakak bergegas pergi. Tapi ibu dan balitanya terkubur, tapi ibunya selamat selamat,” ungkap Hendi.
Menurut dia, untuk sementara keluarga korban longsor mengungsi ke rumah sanak keluarga. Soalnya longsor susulan masih membayangi rumah tersebut. ” Khawatir rumah kembali kena longsor, sementara waktu penghuninya mengungsi dulu,” ungkapnya.
Sementara itu, tetangga dan keluarga korban mengubur jasad Akbar. Pemkab Sukabumi hingga tadi malam belum memberikan santunan. Bantuan seadanya baru datang dari pihak desa.
Ditempat terpisah, Kabupaten Sukabumi masuk 321 kabupaten/kota di
Indonesia beresiko terkena bencana alam. Berdasarkan hasil pemetaan
resiko bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di seluruh
provinsi Indonesia, diketahui bahwa terdapat 321 kabupaten/kota atau 65%
yang memiliki resiko tinggi terjadinya bencana. Peta resiko bencana
tersebut memuat 13 jenis bencana.
“BNPB telah menyelesaikan peta resiko nasional. Semua provinsi telah dipetakan untuk 13 jenis bencana. Dalam peta risiko bencana memuat peta bahaya, peta kerentanan dan peta kapasitas,”ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Sutopo menuturkan selain wilayah kabupaten/kota yang beresiko tinggi, BNPB juga telah memetakan wilayah-wilayah yang rentan terkena bencana. Namun, dengan resiko yang lebih rendah. “Setidaknya ada 173 kabupaten/kota yang beresiko sedang. Jadi sekitar 35 persen,”jelasnya.
Sutopo melanjutkan, 13 jenis bencana yang menjadi dasar pementaan resiko bencana antara lain gempabumi, tsunami, letusan gunung api, puting beliung, kekeringan hingga banjir. Selain itu, juga bencana tanah longsor, gelombang pasang, kebakaran lahan dan hutan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, kebakaran gedung dan pemukiman, dan konflik sosial.
Berdasarkan peta risiko tersebut, lanjut dia, maka tidak ada kabupaten/kota yang berisiko rendah terhadap bencana. Untuk itu, pemda perlu memprioritaskan pembangunan terhadap penanggulangan bencana. Sebab, pada kenyataannya masih ada 138 kabupaten/kota yang belum membentuk BPBD (badan penanggulangan bencana daerah).
“Yang sudah terbentuk BPBD pun ternyata masih sangat terbatas dukungan anggaran, peralatan dan SDM-nya,”lanjut dia.
Karena itu, kata Sutopo, pihak pemerintah pusat menghimbau pada Pemda dan DPRD untuk memberikan dukungan. Sebab, hal tersebut menjadi kewenangan Bupati atau Walikota dan juga DPRD. “Kalau tidak ada dukungan, maka bencana akan terus menimbulkan kerusakan dan kerugian yang besar,”imbuh dia. (dri/ken)
“BNPB telah menyelesaikan peta resiko nasional. Semua provinsi telah dipetakan untuk 13 jenis bencana. Dalam peta risiko bencana memuat peta bahaya, peta kerentanan dan peta kapasitas,”ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Sutopo menuturkan selain wilayah kabupaten/kota yang beresiko tinggi, BNPB juga telah memetakan wilayah-wilayah yang rentan terkena bencana. Namun, dengan resiko yang lebih rendah. “Setidaknya ada 173 kabupaten/kota yang beresiko sedang. Jadi sekitar 35 persen,”jelasnya.
Sutopo melanjutkan, 13 jenis bencana yang menjadi dasar pementaan resiko bencana antara lain gempabumi, tsunami, letusan gunung api, puting beliung, kekeringan hingga banjir. Selain itu, juga bencana tanah longsor, gelombang pasang, kebakaran lahan dan hutan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, kebakaran gedung dan pemukiman, dan konflik sosial.
Berdasarkan peta risiko tersebut, lanjut dia, maka tidak ada kabupaten/kota yang berisiko rendah terhadap bencana. Untuk itu, pemda perlu memprioritaskan pembangunan terhadap penanggulangan bencana. Sebab, pada kenyataannya masih ada 138 kabupaten/kota yang belum membentuk BPBD (badan penanggulangan bencana daerah).
“Yang sudah terbentuk BPBD pun ternyata masih sangat terbatas dukungan anggaran, peralatan dan SDM-nya,”lanjut dia.
Karena itu, kata Sutopo, pihak pemerintah pusat menghimbau pada Pemda dan DPRD untuk memberikan dukungan. Sebab, hal tersebut menjadi kewenangan Bupati atau Walikota dan juga DPRD. “Kalau tidak ada dukungan, maka bencana akan terus menimbulkan kerusakan dan kerugian yang besar,”imbuh dia. (dri/ken)
Longsor Kalapanunggal
TKP
Kampung Batu Gajah RT 24/09 Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal
Korban
Akbar (2,5)
Waktu kejadian
Pukul 10.30 WIB
Kronologis
1. Hujan deras mengguyur wilayah Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal.
2. Tak kuat menahan derasnya air hujan, penahan tebingan jebol
3. Longsor menimpa dinding rumah Juweroh
4. Di rumah terdapat tiga orang Juweroh dan Akbar dan kakaknya
5. Juweroh ikut terkubur tapi bisa selamat dari maut, sementara anak pertamanya pergi meninggalkan rumah saat longsor.
Sumber : RADAR SUKABUMI
Semoga di balik semua kejadian ini ada hkmah manis yang dapat di ambil,
BalasHapusNice artikel....
Amiiin Jo, do'a Nya aja ya,,,
HapusThank Perhatiannya.